Video ini adalah kenangan dan penghormatan kepada Almarhum ayahanda
“Nak, seorang pejuang menekankan pada kebenaran, kejujuran, keberanian, pengorbanan dan pengabdian. Keberanian seorang pejuang pembangunan diukur dari seberapa besar dia bisa menjaga integritas dan kejujuran”. Itulah beberapa pesan almarhum ayahanda sebelum meninggalkan dunia ini.
Ayah saya adalah Almarhum Brigadir Jenderal TNI (Purn) Sadja Moeljoredjo, beliau adalah seorang prajurit pendidik dengan misi membentuk karakter pejuang. Tugas terakhir Almarhum adalah Kepala SMA Taruna Nusantara, Magelang.
“Seorang pejuang menekankan pada kebenaran, kejujuran, keberanian, pengorbanan dan pengabdian.”
— Alm. Brigjen (Purn) Sadja M.
Semasa hidupnya, beliau digambarkan seorang yang teguh dalam prinsip dan keras watak. Beliau seorang prajurit yang menekankan kebenaran, kejujuran, keberanian, pengorbanan dan pengabdian. Sewaktu beliau mengajar di Akademi Militer maupun di SMA Taruna Nusantara, banyak Taruna dan siswa/siswi yang menganggap almarhum berwatak keras.
Tetapi dibalik watak keras tersebut, sebenarnya terpancar hati penuh asih dan ayom dalam rangka memberikan suatu dorongan inspirasi bagi orang orang di sekelilingnya.
“Pemenang dalam perjuangan hidup adalah bukanlah yang terpintar atau tercepat, melainkan yang mempunyai daya juang tinggi dan ‘endurance’ (daya tahan) kuat.”
“Keberanian seorang pejuang pembangunan diukur dari seberapa besar dia bisa menjaga integritas dan kejujuran.”
— Alm. Brigjen (Purn) Sadja M.
Sebagai seorang ayah dan suami, beliau tidak banyak meninggalkan materi. Tetapi beliau meninggalkan banyak kenangan indah dimana beliau telah mengabdi sebagai kepala keluarga sampai pada titik napas terakhir. Beliau seorang bapak dan suami pemberi ayom, seorang suami setia, seorang bapak yang peduli, seorang perekat keluarga, seorang pemberi inspirasi, dan mata air kasih sayang yang tak pernah kering.
Kami sekeluarga kembali Indonesia setelah 20 tahun di Amerika Serikat menimba ilmu dan bekerja (sebagai ekonom energi) karena mengikuti wasiat terakhir ayah agar berjuang membangun negeri. Menurut beliau, perjuangan yang hakiki bukan untuk kebesaran diri tetapi untuk kemaslahatan rakyat kecil.
“Konsekuensi logis dari hidup jujur dan berintegritas adalah kesederhanaan.”
“Perjuangan yang hakiki bukan untuk kebesaran diri tetapi untuk membela rakyat kecil.”
— Alm. Brigjen (Purn) Sadja M.
Almarhum ayah meninggal di Desa Pandes, Bantul Yogyakarta pada tanggal 17-Mei-2005. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Surely we belong to Allah and to Him shall we return
Video diatas adalah kenangan dan penghormatan kepada Almarhum ayahnda. Doa selalu kami kirimkan ke beliau. Semoga beliau mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT. Untuk kami semua yang ditinggalkan, semoga perjuangan membangun bangsa dimudahkan. Aamiiin YRA.
Salam – Darmawan Prasodjo (putra almarhum Pak Sadja)
p.s.: Terlampir adalah sambutan saya pada saat pemakaman Bapak yang dibacakan oleh adik almarhum Bapak (Om Hardi) karena saat itu saya masih berjuang kuliah di Texas A&M University.
____
Assalamu’alaikum Wr Wb,
Innalillahi Wainaillaihi Rojiun Innalillahi Wainaillaihi Rojiun Innalillahi Wainaillaihi Rojiun
Telah bepergian menghadap PENCIPTANYA..
Seorang hamba…
Seorang prajurit pendidik…..
Seorang ayah..
seorang suami…
kakak, adik, om, pakde, kolega dan sahabat..
Brigadir Jenderal (Hor) TNI Purn Drs. Sadja Moeljoredjo.
Beliau meninggalkan seorang istri Ibu. Sudarti Sadja, Dua anak laki laki Muliawan dan Darmawan, seorang menantu Lusianawati dan seluruh keluarga besar.
Semasa hidupnya, beliau digambarkan seorang yang teguh dalam prinsip dan keras watak. Beliau seorang prajurit yang menekankan kebenaran, kejujuran, keberanian, pengorbanan dan pengabdian. Sewaktu beliau mengajar di Akademi Militer maupun di SMU Taruna Nusantara, banyak Taruna dan siswa/siswi yang menganggap almarhum berwatak keras.
Mungkin diantara adik adik dari alumni SMU Taruna Nusantara ada yang pernah ditegur oleh beliau. Tetapi, dalam hati beliau tidak pernah terbersit niat untuk menyakiti orang lain. Yang ada adalah keteguhan prinsip dan panggilan tugas sebagai pendidik dalam proses pembentukan karakter.
Dibalik watak keras tersebut, sebenarnya terpancar hati penuh asih dan ayom dalam rangka memberikan suatu dorongon inspirasi bagi orang orang di sekelilingnya. Beliau orang yang mudah tersentuh dan penuh empati. Kehadiran beliau memberikan kekuatan batin dan ikatan emosional bagaikan mercusuar pancarkan sinar petunjuk yang tak tergoyahkan oleh deru badai kehidupan.
Pernah suatu ketika beliau dalam perjalanan yang saat itu dikemudikan oleh putranya. Kebetulan seorang tukang becak menyeberang jalan yang karena beban berat menjadi sangat lambat. Putranya kurang sabar dan mengklakson. Almarhum dengan cepat menegur putranya agar lebih mengerti penderitaan orang kecil. Bahwa perjuangan yang hakiki adalah bukan untuk kebesaran diri sendiri. Tetapi demi untuk membela orang orang kecil. Dan inilah yang akan menjadi kunci untuk mencapai kebahagiaan. Sikap beliau yang asih ini sangat membekas di sanubari orang orang sekitarnya.
Almarhum seorang prajurit pendidik yang rendah hati, berfikir kritis dan mengedepankan sikap intelektual yang dijiwai oleh kearifan. Banyak sekali ide inovasi yang tertulis dalam bentuk diktat diktat pengajaran kepemimpinan dan pendidikan pembentukan selama beliau bertugas di Akademi Militer maupun SMU Taruna Nusantara. Beliau seorang militer yang haus ilmu dan tak pernah berhenti membaca. Beberapa alumnus Akademi Militer kembali ke Magelang ingin bertemu dengan beliau untuk mengucapkan terimakasih atas inpsirasi pengabdian beliau di Akademi Militer.
Sebagai seorang ayah dan suami, beliau tidak banyak meninggalkan materi. Tetapi beliau meninggalkan banyak kenangan indah dimana beliau telah mengabdi sebagai kepala keluarga sampai pada titik napas terakhir. Beliau seorang bapak dan suami pemberi ayom, seorang suami setia, seorang bapak yang peduli, seorang perekat keluarga dan mata air kasih sayang yang tak pernah kering.. Kehadiran beliau memberi keberanian untuk menyongsong tantangan hidup yang menurut beliau haruslah dihadapi sebagai romantisme perjuangan.
Beliau dilahirkan di desa Tlobong, Delanggu tahun 1938 dari keluarga besar dengan 14 bersaudara. Semasa hidupnya beliau sering mengisahkan bagaimana dulu sewaktu masih muda sering ngemong adik adik yaitu bulek bulek dan om om. Beliau juga sering mengisahkan bagaimana Bude Bude (Bude Karto – Bude Hadi) dan Pakde (Pakde Sunus) juga sering mengasuh beliau pada waktu beliau masih kecil. Beliau adalah seorang karakter yang betul betul mencintai dan dicintai oleh keluarga.
Kita semua mengikhlaskan kepergian almarhum Bapak Sadja untuk dipanggil sang PENCIPTA. Kami mewakili keluarga meminta kebesaran jiwa dari semuanya untuk memaafkan keluputan beliau baik sengaja maupun tidak disengaja agar perjalanan beliau dilapangkan. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu baik moril dan materiil dalam proses pemakaman ini. Semoga Allah SWT membalas niat yang tulus dalam berbuat kebajikan.
Tidak ada saat yang lebih indah selain saat pertemuan seorang hamba dengan PENCIPTANYA. Selamat jalan Bapak. Doa kami akan selalu bersamamu.
Allahumma Qobrohu Wa Qobrohum Raudlatan Min Riyadhil Jannah, Wa La Taj’al Qobrohu Wa Qobrahum Hufratan Min Hufarin Niraan.
(Ya Allah jadikanlah makamnya menjadi taman dari taman taman syurga dan janganlah jadikan kuburnya menjadi jurang jurang api neraka.)
Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamulaikum Wr Wb
Texas 17/Mei/2005
Ananda Darmawan Prasodjo
Leave a Reply